Barā'atum minallāhi wa rasūlihī ilal-lażīna ‘āhattum minal-musyrikīn(a).
(Inilah
pernyataan) pemutusan hubungan dari Allah dan Rasul-Nya (Nabi Muhammad)
kepada orang-orang musyrik yang kamu telah mengadakan perjanjian dengan
mereka (untuk tidak saling berperang).
Berjalanlah
kamu (kaum musyrik) di bumi selama empat bulan dan ketahuilah bahwa
kamu tidak dapat melemahkan Allah. Sesungguhnya Allah menghinakan
orang-orang kafir.
Wa
ażānum minallāhi wa rasūlihī ilan-nāsi yaumal-ḥajjil akbari annallāha
barī'um minal-musyrikīn(a), wa rasūluh(ū), fa in tubtum fa huwa khairul
lakum, wa in tawallaitum fa‘lamū annakum gairu mu‘jizillāh(i), wa
basysyiril-lażīna kafarū bi‘ażābin alīm(in).
Suatu maklumat dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar319)
bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang
musyrik. Jika kamu (kaum musyrik) bertobat, itu lebih baik bagimu; dan
jika kamu berpaling, ketahuilah bahwa kamu tidak dapat melemahkan Allah.
Berilah kabar ‘gembira’ (Nabi Muhammad) kepada orang-orang yang kufur
(bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih.
Catatan Kaki
319) Para mufasir berbeda pendapat tentang pengertian haji akbar pada ayat ini. Ada yang mengatakannya hari nahar, ada yang mengatakannya hari Arafah. Yang dimaksud dengan haji akbar di sini adalah haji yang terjadi pada tahun ke-9 Hijriah.
Illal-lażīna
‘āhattum minal-musyrikīna ṡumma lam yanquṣūkum syai'aw wa lam yuẓāhirū
‘alaikum aḥadan fa atimmū ilaihim ‘ahdahum ilā muddatihim, innallāha
yuḥibbul-muttaqīn(a).
(Ketetapan
itu berlaku,) kecuali atas orang-orang musyrik yang telah mengadakan
perjanjian dengan kamu dan mereka sedikit pun tidak mengurangi (isi
perjanjian) dan tidak (pula) mereka membantu seseorang pun yang memusuhi
kamu. Maka, terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas
waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.
Fa
iżansalakhal-asyhurul-ḥurumu faqtulul-musyrikīna ḥaiṡu wajattumūhum wa
khużūhum waḥṣurūhum waq‘udū lahum kulla marṣad(in), fa in tābū wa
aqāmuṣ-ṣalāta wa ātawuz-zakāta fa khallū sabīlahum, innallāha gafūrur
raḥīm(un).
Apabila bulan-bulan haram telah berlalu,320)
bunuhlah (dalam peperangan) orang-orang musyrik (yang selama ini
menganiaya kamu) di mana saja kamu temui! Tangkaplah dan kepunglah
mereka serta awasilah di setiap tempat pengintaian! Jika mereka bertobat
dan melaksanakan salat serta menunaikan zakat, berilah mereka
kebebasan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Catatan Kaki
320) Yang dimaksud dengan bulan haram di sini adalah masa empat bulan yang menjadi tenggat bagi kaum musyrik pada waktu itu, yaitu mulai 10 Zulhijah (hari turunnya ayat ini) sampai dengan 10 Rabiulakhir.
Wa
in aḥadum minal-musyrikīnastajāraka fa ajirhu ḥattā yasma‘a kalāmallāhi
ṡumma ablighu ma'manah(ū), żālika bi'annahum qaumul lā ya‘lamūn(a).
Jika
seseorang di antara orang-orang musyrik ada yang meminta pelindungan
kepada engkau (Nabi Muhammad), lindungilah dia supaya dapat mendengar
firman Allah kemudian antarkanlah dia ke tempat yang aman baginya.
(Demikian) itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak
mengetahui.
Bagaimana
mungkin ada perjanjian (damai) untuk orang-orang musyrik di sisi Allah
dan Rasul-Nya, kecuali untuk orang-orang yang kamu telah membuat
perjanjian (Hudaibiah) dengan mereka di dekat Masjidilharam? Selama
mereka berlaku lurus terhadapmu, berlaku luruslah pula kamu terhadap
mereka. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa.
Kaifa
wa iy yaẓharū ‘alaikum lā yarqubū fīkum illaw wa lā żimmah(tan),
yurḍūnakum bi'afwāhihim wa ta'bā qulūbuhum, wa akṡaruhum fāsiqūn(a).
Bagaimana
(mungkin ada perjanjian demikian,) padahal jika mereka memperoleh
kemenangan atas kamu, mereka tidak memelihara hubungan kekerabatan
terhadap kamu dan tidak pula (mengindahkan) perjanjian. Mereka
menyenangkan kamu dengan mulut mereka, sedangkan hati mereka enggan.
Kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Mereka
menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang murah lalu mereka
menghalangi (manusia) dari jalan-Nya. Sesungguhnya sangat buruk apa yang
selalu mereka kerjakan.
Lā yarqubūna fī mu'minin illaw wa lā żimmah(tan),ulā'ika humul-mu‘tadūn(a)
Mereka
tidak memelihara (hubungan) kekerabatan dengan orang mukmin dan tidak
(pula mengindahkan) perjanjian. Mereka itulah orang-orang yang melampaui
batas.
Fa in tābū wa aqāmuṣ-ṣalāta wa ātawuz-zakāta fa ikhwānukum fid-dīn(i), wa nufaṣṣīlul-āyāti liqaumiy ya‘lamūn(a).
Jika
mereka bertobat, menegakkan salat, dan menunaikan zakat, mereka adalah
saudara-saudaramu seagama. Kami menjelaskan secara terperinci ayat-ayat
itu bagi kaum yang mengetahui.
Wa
in nakaṡū aimānahum mim ba‘di ‘ahdihim wa ṭa‘anū fī dīnikum fa qātilū
a'immatal-kufr(i), innahum lā aimāna lahum la‘allahum yantahūn(a).
Jika
mereka melanggar sumpah sesudah perjanjian mereka dan menistakan
agamamu, perangilah para pemimpin kekufuran itu karena sesungguhnya
mereka adalah orang-orang yang tidak dapat dipegang sumpahnya supaya
mereka berhenti (dari kekufuran dan penganiayaan).
Alā
tuqātilūna qauman nakaṡū aimānahum wa hammū bi'ikhrājir-rasūli wa hum
bada'ūkum awwala marrah(tin), atakhsyaunahum, fallāhu aḥaqqu an
takhsyauhu in kuntum mu'minīn(a).
Mengapa
kamu tidak (bersegera) memerangi kaum yang melanggar sumpah-sumpah
(perjanjian-perjanjian) mereka, padahal mereka (dahulu) berkemauan keras
mengusir Rasul dan mereka yang mulai memerangi kamu pertama kali?
Apakah kamu takut kepada mereka? Allahlah yang lebih berhak kamu takuti
jika kamu benar-benar orang-orang mukmin.
Qātilūhum yu‘ażżibhumullāhu bi'aidīkum wa yukhzihim wa yanṣurkum ‘alaihim wa yasyfi ṣudūra qaumim mu'minīn(a).
Perangilah
mereka! Niscaya Allah akan mengazab mereka dengan (perantaraan)
tangan-tanganmu, menghinakan mereka, dan memenangkan kamu atas mereka,
serta melegakan hati kaum mukmin
Wa yużhib gaiẓa qulūbihim, wa yatūbullāhu ‘alā may yasyā'(u), wallāhu ‘alīmun ḥakīm(un).
dan
menghilangkan kemarahan (dari) hati mereka (orang-orang mukmin). Allah
menerima tobat siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.
Am
ḥasibtum an tutrakū wa lammā ya‘lamillāhul-lażīna jāhadū minkum wa lam
yattakhiżū min dūnillāhi wa lā rasūlihī wa lal-mu'minīna walījah(tan),
wallāhu khabīrum bimā ta‘malūn(a).
Apakah
kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (tanpa diuji), padahal Allah
belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara
kamu dan tidak menjadikan selain Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang
mukmin sebagai teman setia. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
Mā
kāna lil-musyrikīna ay ya‘murū masājidallāhi syāhidīna ‘alā anfusihim
bil-kufr(i), ulā'ika ḥabiṭat a‘māluhum, wa fin-nāri hum khālidūn(a).
Tidaklah
pantas bagi orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah,
sedangkan mereka bersaksi bahwa diri mereka kafir. Itulah orang-orang
yang sia-sia amal mereka dan di dalam nerakalah mereka kekal.
Innamā
ya‘muru masājidallāhi man āmana billāhi wal-yaumil-ākhiri wa
aqāmaṣ-ṣalāta wa ātaz-zakāta wa lam yakhsya illallāh(a), fa ‘asā ulā'ika
ay yakūnū minal-muhtadīn(a).
Sesungguhnya
yang (pantas) memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang yang
beriman kepada Allah dan hari Akhir, mendirikan salat, menunaikan zakat,
serta tidak takut (kepada siapa pun) selain Allah. Mereka itulah yang
diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.
Aja‘altum
siqāyatal-ḥājji wa ‘imāratal-masjidil-ḥarāmi kaman āmana billāhi
wal-yaumil-ākhiri wa jāhada fī sabīlillāh(i), lā yastawūna ‘indallāh(i),
wallāhu lā yahdil-qaumaẓ-ẓālimīn(a).
Apakah
kamu jadikan (orang yang melaksanakan tugas) pemberian minuman (kepada)
orang yang menunaikan haji dan mengurus Masjidilharam sama dengan orang
yang beriman kepada Allah dan hari Akhir serta berjihad di jalan Allah?
Mereka tidak sama di hadapan Allah. Allah tidak memberikan petunjuk
kepada kaum yang zalim.
Allażīna
āmanū wa hājarū wa jāhadū fī sabīlillāhi bi'amwālihim wa anfusihim,
a‘ẓamu darajatan ‘indallāh(i), wa ulā'ika humul-fā'izūn(a).
Orang-orang
yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta
dan jiwa mereka lebih agung derajatnya di hadapan Allah. Mereka itulah
orang-orang yang beruntung.
Yubasysyiruhum rabbuhum biraḥmatim minhu wa riḍwāniw wa jannātil lahum fīhā na‘īmum muqīm(un).
Tuhan
mereka memberi kabar gembira kepada mereka dengan rahmat dari-Nya, dan
keridaan serta surga-surga. Bagi mereka kesenangan yang kekal di
dalamnya.
Yā
ayyuhal-lażīna āmanū lā tattakhiżū ābā'akum wa ikhwānakum auliyā'a
inistaḥabbul-kufra ‘alal-īmān(i), wa may yatawallahum minkum fa ulā'ika
humuẓ-ẓālimūn(a).
Wahai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapakmu dan saudara-saudaramu sebagai pelindung321)
jika mereka lebih mencintai kekufuran atas keimanan. Siapa pun di
antara kamu yang menjadikan mereka pelindung, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim.
Qul
in kāna ābā'ukum wa abnā'ukum wa ikhwānukum wa azwājukum wa
‘asyīratukum wa amwāluniqtaraftumūhā wa tijāratun takhsyauna kasādahā wa
masākinu tarḍaunahā aḥabba ilaikum minallāhi wa rasūlihī wa jihādin fī
sabīlihī fa tarabbaṣū ḥattā ya'tiyallāhu bi'amrih(ī), wallāhu lā
yahdil-qaumal-fāsiqīn(a).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu,
pasangan-pasanganmu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, dan
perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, serta tempat tinggal yang
kamu sukai lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan daripada
berjihad di jalan-Nya, tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan-Nya.” Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.
Laqad
naṣarakumullāhu fī mawāṭina kaṡīrah(tin), wa yauma ḥunain(in), iż
a‘jabatkum kaṡratukum falam tugni ‘ankum syai'aw wa ḍāqat
‘alaikumul-arḍu bimā raḥubat ṡumma wallaitum mudbirīn(a).
Sungguh,
Allah benar-benar telah menolong kamu (orang-orang mukmin) di medan
peperangan yang banyak dan pada hari (perang) Hunain ketika banyaknya
jumlahmu menakjubkanmu (sehingga membuatmu lengah). Maka, jumlah kamu
yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun dan bumi yang
luas itu terasa sempit bagimu kemudian kamu lari berbalik ke belakang
(bercerai-berai).
Ṡumma
anzalallāhu sakīnatahū ‘alā rasūlihī wa ‘alal-mu'minīna wa anzala
junūdal lam tarauhā wa ‘ażżabal-lażīna kafarū, wa żālika
jazā'ul-kāfirīn(a).
Kemudian,
Allah menurunkan ketenangan (dari)-Nya kepada Rasul-Nya dan kepada
orang-orang mukmin, serta menurunkan bala tentara yang kamu tidak
melihatnya, juga menyiksa orang-orang yang kafir. Itulah balasan
terhadap orang-orang kafir.
Yā
ayyuhal-lażīna āmanū innamal-musyrikūna najasun falā
yaqrabul-masjidal-ḥarāma ba‘da ‘āmihim hāżā, wa in khiftum ‘ailatan fa
saufa yugnīkumullāhu min faḍlihī in syā'(a), innallāha ‘alīmun
ḥakīm(un).
Wahai
orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis
(kotor jiwanya). Oleh karena itu, janganlah mereka mendekati
Masjidilharam setelah tahun ini.322)
Jika kamu khawatir menjadi miskin (karena orang kafir tidak datang),
Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya jika Dia
menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Catatan Kaki
322) Setelah tahun 9 H. orang-orang musyrik tidak diperbolehkan mengerjakan haji dan umrah, atau memasuki masjid dan daerah haram menurut pendapat yang lain, baik untuk haji dan umrah maupun untuk keperluan yang lain.
Qātilul-lażīna
lā yu'minūna billāhi wa lā bil-yaumil-ākhiri wa lā yuḥarrimūna mā
ḥarramallāhu wa rasūluhū wa lā yadīnūna dīnal-ḥaqqi minal-lażīna
ūtul-kitāba ḥattā yu‘ṭul-jizyata ‘ay yadiw wa hum ṣāgirūn(a).
Perangilah
orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, tidak
mengharamkan (menjauhi) apa yang telah diharamkan (oleh) Allah dan
Rasul-Nya, dan tidak mengikuti agama yang hak (Islam), yaitu orang-orang
yang telah diberikan Kitab (Yahudi dan Nasrani) hingga mereka membayar
jizyah323) dengan patuh dan mereka tunduk.324)
Catatan Kaki
323) Jizyah adalah imbalan atau balasan atas rasa aman dan fasilitas yang diperoleh penganut agama Yahudi, Nasrani, dan lainnya yang hidup di negara Islam.
324) Ayat ini dan ayat-ayat yang senada berlaku dalam situasi perang agama, bukan dalam situasi damai.
Wa
qālatil-yahūdu ‘uzairunibnullāhi wa qālatin-naṣāral-masīḥubnullāh(i),
żālika qauluhum bi'afwāhihim, yuḍāhi'ūna qaulal-lażīna kafarū min
qabl(u), qātalahumullāh(u), annā yu'fakūn(a).
Orang-orang
Yahudi berkata, “Uzair putra Allah,” dan orang-orang Nasrani berkata,
“Al-Masih putra Allah.” Itulah ucapan mereka dengan mulut-mulut mereka.
Mereka meniru ucapan orang-orang yang kufur sebelumnya. Allah melaknat
mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?
Ittakhażū
aḥbārahum wa ruhbānahum arbābam min dūnillāhi wal-masīḥabna maryam(a),
wa mā umirū illā liya‘budū ilāhaw wāḥidā(n), lā ilāha illā huw(a),
subḥānahū ‘ammā yusyrikūn(a).
Mereka menjadikan para rabi (Yahudi) dan para rahib (Nasrani) sebagai tuhan-tuhan selain Allah325)
serta (Nasrani mempertuhankan) Al-Masih putra Maryam. Padahal, mereka
tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada
tuhan selain Dia. Maha Suci Dia dari apa yang mereka persekutukan.
Catatan Kaki
325) Maksudnya, mereka mematuhi ajaran yang telah ditetapkan oleh para rabi dan rahib, meskipun bertentangan dengan ajaran Allah Swt.
Yurīdūna ay yuṭfi'ū nūrallāhi bi'afwāhihim wa ya'ballāhu illā ay yutimma nūrahū wa lau karihal-kāfirūn(a).
Mereka
hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut-mulut (ucapan)
mereka, tetapi Allah menolaknya, justru hendak menyempurnakan
cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir itu tidak menyukai.
Huwal-lażī arsala rasūlahū bil-hudā wa dīnil-ḥaqqi liyuẓhirahū ‘alad-dīni kullih(ī), wa lau karihal-musyrikūn(a).
Dialah
yang mengutus Rasul-Nya dengan (membawa) petunjuk dan agama yang benar
agar Dia mengunggulkannya atas semua agama walaupun orang-orang musyrik
tidak menyukai.
Yā
ayyuhal-lażīna āmanū inna kaṡīram minal-aḥbāri war-ruhbāni laya'kulūna
amwālan-nāsi bil-bāṭili wa yaṣuddūna ‘an sabīlillāh(i), wal-lażīna
yaknizūnaż-żahaba wal-fiḍḍata wa lā yunfiqūnahā fī sabīlillāh(i), fa
basysyirhum bi‘ażābin alīm(in).
Wahai
orang-orang yang beriman, sesungguhnya banyak dari para rabi dan rahib
benar-benar memakan harta manusia dengan batil serta memalingkan
(manusia) dari jalan Allah. Orang-orang yang menyimpan emas dan perak,
tetapi tidak menginfakkannya di jalan Allah, berikanlah kabar ‘gembira’
kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih
Yauma
yuḥmā ‘alaihā fī nāri jahannama fa tukwā bihā jibāhuhum wa junūbuhum wa
ẓuhūruhum, hāżā mā kanaztum li'anfusikum fa żūqū mā kuntum taknizūn(a).
pada hari
ketika (emas dan perak) itu dipanaskan dalam neraka Jahanam lalu
disetrikakan (pada) dahi, lambung, dan punggung mereka (seraya
dikatakan), “Inilah apa (harta) yang dahulu kamu simpan untuk dirimu
sendiri (tidak diinfakkan). Maka, rasakanlah (akibat dari) apa yang
selama ini kamu simpan.”
Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan,326)
(sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauhulmahfuz) pada waktu Dia
menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah
(ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu
padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya
sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa
sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa.
Catatan Kaki
326) Allah Swt. menetapkan periode orbit bumi mengitari matahari selama setahun yang setara dengan dua belas bulan, yaitu dua belas kali ketampakan bulan sabit akibat bulan mengitari bumi. Keteraturan periode waktu inilah yang menjadi patokan untuk perhitungan waktu.
Sesungguhnya
pengunduran (bulan haram) itu hanya menambah kekufuran. Orang-orang
yang kufur disesatkan dengan (pengunduran) itu, mereka menghalalkannya
suatu tahun dan mengharamkannya pada suatu tahun yang lain agar mereka
dapat menyesuaikan dengan bilangan yang diharamkan Allah, sehingga
mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (Oleh setan) telah
dijadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan buruk mereka itu.
Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.
Wahai
orang-orang yang beriman, mengapa ketika dikatakan kepada kamu,
“Berangkatlah (untuk berperang) di jalan Allah,” kamu merasa berat dan
cenderung pada (kehidupan) dunia? Apakah kamu lebih menyenangi kehidupan
dunia daripada akhirat? Padahal, kenikmatan hidup di dunia ini
(dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.
Illā
tanfirū yu‘ażżibkum ‘ażāban alīmā(n), wa yastabdil qauman gairakum wa
lā taḍurrūhu syai'ā(n), wallāhu ‘alā kulli syai'in qadīr(un).
Jika
kamu tidak berangkat (untuk berperang), niscaya Allah akan menghukum
kamu dengan azab yang pedih serta menggantikan kamu dengan kaum yang
lain, dan kamu tidak akan merugikan-Nya sedikit pun. Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu.
Illā
tanṣurūhu faqad naṣarahullāhu iż akhrajahul-lażīna kafarū ṡāniyaṡnaini
iż humā fil-gāri iż yaqūlu liṣāḥibihī lā taḥzan innallāha ma‘anā, fa
anzalallāhu sakīnatahū ‘alaihi wa ayyadahū bijunūdil lam tarauhā wa
ja‘ala kalimatal-lażīna kafarus-suflā, wa kalimatullāhi hiyal-‘ulyā,
wallāhu ‘azīzun ḥakīm(un).
Jika
kamu tidak menolongnya (Nabi Muhammad), sungguh Allah telah
menolongnya, (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Makkah),
sedangkan dia salah satu dari dua orang, ketika keduanya berada dalam
gua, ketika dia berkata kepada sahabatnya, “Janganlah engkau bersedih,
sesungguhnya Allah bersama kita.” Maka, Allah menurunkan ketenangan
kepadanya (Nabi Muhammad), memperkuatnya dengan bala tentara (malaikat)
yang tidak kamu lihat, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu
seruan yang paling rendah. (Sebaliknya,) firman Allah itulah yang paling
tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Infirū khifāfaw wa ṡiqālaw wa jāhidū bi'amwālikum wa anfusikum fī sabīlillāh(i), żālikum khairul lakum in kuntum ta‘lamūn(a).
Berangkatlah
kamu (untuk berperang), baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa
berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang
demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
Lau
kāna ‘araḍan qarībaw wa safaran qāṣidal lattaba‘ūka wa lākim ba‘udat
‘alaihimusy-syuqqah(tu), wa sayaḥlifūna billāhi lawistaṭa‘nā lakharajnā
ma‘akum, yuhlikūna anfusahum, wallāhu ya‘lamu innahum lakāżibūn(a).
Sekiranya
(yang kamu serukan kepada mereka) adalah keuntungan yang mudah
diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, niscaya mereka
mengikutimu. Akan tetapi, (mereka enggan karena) tempat yang dituju itu
terasa sangat jauh bagi mereka. Mereka akan bersumpah dengan (nama)
Allah, “Seandainya kami sanggup niscaya kami berangkat bersamamu.”
Mereka membinasakan diri sendiri327) dan Allah mengetahui sesungguhnya mereka benar-benar para pembohong.
Catatan Kaki
327) Maksud dari membinasakan diri sendiri dalam ayat ini adalah bahwa mereka akan binasa disebabkan sumpah palsu dan kebohongan mereka.
‘Afallāhu ‘ank(a), lima ażinta lahum ḥattā yatabayyana lakal-lażīna ṣadaqū wa ta‘lamal-kāżibīn(a).
Allah
memaafkanmu (Nabi Muhammad). Mengapa engkau memberi izin kepada mereka
(untuk tidak pergi berperang) sehingga jelas bagimu orang-orang yang
benar-benar (berhalangan) dan sehingga engkau mengetahui orang-orang
yang berdusta?
Lā
yasta'żinukal-lażīna yu'minūna billāhi wal-yaumil-ākhiri ay yujāhidū
bi'amwālihim wa anfusihim, wallāhu ‘alīmum bil-muttaqīn(a).
Orang-orang
yang beriman kepada Allah dan hari Akhir tidak akan meminta izin
kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan jiwa mereka. Allah
Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa.
Sesungguhnya
yang meminta izin kepadamu (Nabi Muhammad untuk tidak berjihad)
hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir, dan
hati mereka ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguan.
Wa lau arādul-khurūja la'a‘addū lahū ‘uddataw wa lākin karihallāhumbi‘āṡahum fa ṡabbaṭahum wa qīlaq‘udū ma‘al-qā‘idīn(a).
Seandainya
mereka mau berangkat (sejak semula), niscaya mereka menyiapkan
persiapan untuk keberangkatan itu. Akan tetapi, (mereka memang enggan
dan oleh sebab itu) Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Dia
melemahkan keinginan mereka, dan dikatakan (kepada mereka), “Tinggallah
kamu bersama orang-orang yang tinggal itu.”
Wa
lau kharajū fīkum mā zādūkum illā khabālaw wa la'auḍa‘ū khilālakum
yabgūnakumul-fitnah(ta), wa fīkum sammā‘ūna lahum, wallāhu ‘alīmum
biẓ-ẓālimīn(a).
Seandainya
mereka keluar bersamamu, niscaya mereka tidak akan menambah
(kekuatan)-mu, malah hanya akan membuat kekacauan dan mereka tentu
bergegas maju ke depan di celah-celah barisanmu untuk mengadakan
kekacauan (di barisanmu), sedang di antara kamu ada orang-orang yang
sangat suka mendengarkan (perkataan) mereka. Allah Maha Mengetahui
orang-orang yang zalim.
Laqadibtagawul-fitnata min qablu wa qallabū lakal-umūra ḥattā jā'al-ḥaqqu wa ẓahara amrullāhi wa hum kārihūn(a).
Sungguh,
sebelum itu mereka benar-benar sudah berusaha membuat kekacauan dan
mereka membolak-balik berbagai urusan (dengan berbagai tipu daya) untuk
(mencelakakan)-mu, hingga datanglah kebenaran (berupa pertolongan Allah)
dan menanglah urusan (agama) Allah, padahal mereka adalah orang-orang
yang tidak menyukainya.
Wa minhum may yaqūlu'żal lī wa lā taftinnī, alā fil-fitnati saqaṭū, wa inna jahannama lamuḥīṭatum bil-kāfirīn(a).
Di
antara mereka ada orang yang berkata, “Berilah aku izin (tidak pergi
berperang) dan janganlah engkau (Nabi Muhammad) menjerumuskan aku ke
dalam fitnah.” Ketahuilah, bahwa mereka (dengan keengganannya pergi
berjihad) telah terjerumus ke dalam fitnah. Sesungguhnya (neraka)
Jahanam benar-benar meliputi orang-orang kafir.
In tuṣibka ḥasanatun tasu'hum, wa in tuṣibka muṣībatuy yaqūlū qad akhażnā min qablu wa yatawallau wa hum fariḥūn(a).
Jika
engkau (Nabi Muhammad) mendapat kebaikan (maka) itu menyakitkan mereka.
Akan tetapi, jika engkau ditimpa bencana, mereka berkata, “Sungguh,
sejak semula kami telah berhati-hati (dengan tidak pergi berperang)” dan
mereka berpaling dengan (perasaan) gembira.
Qul lay yuṣībanā illā mā kataballāhu lanā, huwa maulānā wa ‘alallāhi falyatawakkalil-mu'minūn(a).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah
ditetapkan Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada
Allah hendaknya orang-orang mukmin bertawakal.
Qul
hal tarabbaṣūna binā illā iḥdal-ḥusnayain(i), wa naḥnu natarabbaṣu
bikum ay yuṣībakumullāhu bi‘ażābim min ‘indihī au bi'aidīnā, fa
tarabbaṣū innā ma‘akum mutarabbiṣūn(a).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Tidak ada yang kamu tunggu-tunggu (kedatangannya)
bagi kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan (menang atau mati
syahid). (Sebaliknya,) kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan
menimpakan azab kepadamu dari sisi-Nya atau (azab) melalui tangan kami.
Maka, tunggulah, sesungguhnya kami menunggu (pula) bersamamu.”
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “(Wahai orang-orang munafik,) infakkanlah (hartamu)
baik dengan sukarela maupun dengan terpaksa, (tetapi ketahuilah bahwa
infak itu) sekali-kali tidak akan diterima (oleh Allah) dari kamu.
Sesungguhnya kamu adalah kaum yang fasik.”
Wa
mā mana‘ahum an tuqbala minhum nafaqātuhum illā annahum kafarū billāhi
wa birasūlihī wa lā ya'tūnaṣ-ṣalāta illā wa hum kusālā wa lā yunfiqūna
illā wa hum kārihūn(a).
Tidak
ada yang menghalangi infak mereka untuk diterima kecuali karena
sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang kufur kepada Allah dan
Rasul-Nya dan mereka tidak melaksanakan salat, melainkan dengan malas
dan tidak (pula) menginfakkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa
enggan (terpaksa).
Falā
tu‘jibka amwāluhum wa lā aulāduhum, innamā yurīdullāhu liyu‘ażżibahum
bihā fil-ḥayātid-dun-yā wa tazhaqa anfusuhum wa hum kāfirūn(a).
(Oleh
karena itu,) janganlah harta dan anak-anak mereka membuatmu kagum.
Sesungguhnya Allah hendak menyiksa mereka dengan itu dalam kehidupan
dunia dan kelak nyawa mereka keluar dengan susah payah, sedangkan mereka
dalam keadaan kafir.
Wa yaḥlifūna billāhi innahum laminkum, wa mā hum minkum wa lākinnahum qaumuy yafraqūn(a).
Mereka
(orang-orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa sesungguhnya
mereka termasuk golonganmu, padahal mereka bukanlah dari golonganmu,
tetapi mereka adalah kaum yang sangat takut (kepadamu).
Lau yajidūna malja'an au magārātin au muddakhalal lawallau ilaihi wa hum yajmaḥūn(a).
Seandainya
mereka memperoleh tempat berlindung, gua-gua, atau lubang-lubang (dalam
tanah), niscaya mereka pergi (lari) ke sana dengan secepat-cepatnya.
Wa minhum may yalmizuka fiṣ-ṣadaqāt(i), fa in u‘ṭū minhā raḍū wa illam yu‘ṭau minhā iżā hum yaskhaṭūn(a).
Di
antara mereka ada yang mencela engkau (Nabi Muhammad) dalam hal
(pembagian) sedekah-sedekah (zakat atau rampasan perang). Jika mereka
diberi sebagian darinya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak
diberi bagian, dengan serta merta mereka marah.
Wa
lau annahum raḍū mā ātāhumullāhu wa rasūluh(ū), wa qālū ḥasbunallāhu
sayu'tīnallāhu min faḍlihī wa rasūluhū innā ilallāhi rāgibūn(a).
Seandainya
mereka benar-benar rida dengan apa yang diberikan kepada mereka oleh
Allah dan Rasul-Nya, dan berkata, “Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan
memberikan kepada kami sebagian dari karunia-Nya, dan (demikian pula)
Rasul-Nya. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang selalu hanya
berharap kepada Allah.”
Innamaṣ-ṣadaqātu
lil-fuqarā'i wal-masākīni wal-‘āmilīna ‘alaihā wal-mu'allafati
qulūbuhum wa fir-riqābi wal-gārimīna wa fī sabīlillāhi wabnis-sabīl(i),
farīḍatam minallāh(i), wallāhu ‘alīmun ḥakīm(un).
Sesungguhnya
zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, para
amil zakat, orang-orang yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk
(memerdekakan) para hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang-orang yang
berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang-orang yang sedang dalam
perjalanan (yang memerlukan pertolongan), sebagai kewajiban dari Allah.
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Wa
minhumul-lażīna yu'żūnan nabiyya wa yaqūlūna huwa użun(un), qul użunu
khairil lakum yu'minu billāhi wa yu'minu lil-mu'minīna wa raḥmatul
lil-lażīna āmanū minkum, wal-lażīna yu'żūna rasūlallāhi lahum ‘ażābun
alīm(un).
Di
antara mereka (kaum munafik) ada orang-orang yang menyakiti Nabi
(Muhammad) dan mengatakan, “Dia adalah telinga (yang menampung dan
memercayai semua apa yang didengarnya tanpa seleksi).” Katakanlah,
“(Nabi Muhammad adalah) telinga yang baik bagi kamu, dia beriman kepada
Allah, memercayai orang-orang mukmin, dan menjadi rahmat bagi
orang-orang yang beriman di antara kamu.” Orang-orang yang menyakiti
Rasulullah bagi mereka azab yang sangat pedih.
Yaḥlifūna billāhi lakum liyurḍūkum wallāhu wa rasūluhū aḥaqqu ay yurḍūhu in kānū mu'minīn(a).
Mereka
(orang-orang munafik) bersumpah kepadamu (kaum muslim) dengan (nama)
Allah untuk membuat kamu rida, padahal Allah dan Rasul-Nya lebih pantas
mereka (raih) keridaan-Nya jika mereka adalah orang-orang beriman.
Alam ya‘lamū annahū may yuḥādidillāha wa rasūlahū fa anna lahū nāru jahannama khālidan fīhā, żālikal khizyul-‘aẓīm(u).
Tidakkah
mereka (orang-orang munafik) mengetahui bahwa siapa yang menentang
Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya neraka Jahanamlah baginya. Dia
kekal di dalamnya. Itulah kehinaan yang besar.
Orang-orang
munafik khawatir jika diturunkan suatu surah yang mengungkapkan apa
yang ada dalam hati mereka. Katakanlah (kepada mereka), “Olok-oloklah
(Allah, Rasul-Nya, dan orang beriman sesukamu). Sesungguhnya Allah pasti
akan menampakkan apa yang kamu khawatirkan itu.”
Wa la'in sa'altahum layaqūlunna innamā kunnā nakhūḍū wa nal‘ab(u), qul abillāhi wa āyātihī wa rasūlihī kuntum tastahzi'ūn(a).
Sesungguhnya
jika kamu tanyakan kepada mereka, mereka pasti akan menjawab,
“Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja.”
Katakanlah, “Apakah terhadap Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu
selalu berolok-olok?”
Lā ta‘tażirū qad kafartum ba‘da īmānikum, in na‘fu ‘an ṭā'ifatim minkum nu‘ażżib ṭā'ifatam bi'annahum kānū mujrimīn(a).
Tidak
perlu kamu membuat-buat alasan karena kamu telah kufur sesudah beriman.
Jika Kami memaafkan sebagian dari kamu (karena telah bertobat), niscaya
Kami akan mengazab golongan (yang lain), karena sesungguhnya mereka
adalah orang-orang yang berbuat dosa.
Al-munāfiqūna
wal-munāfiqātu ba‘ḍuhum mim ba‘ḍ(in), ya'murūna bil-munkari wa yanhauna
‘anil-ma‘rūfi wa yaqbiḍūna aidiyahum, nasullāha fa nasiyahum,
innal-munāfiqīna humul-fāsiqūn(a).
Orang-orang
munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain (adalah sama
saja). Mereka menyuruh (berbuat) mungkar dan mencegah (berbuat) makruf.
Mereka pun menggenggam tangannya (kikir). Mereka telah melupakan Allah,
maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik adalah
orang-orang yang fasik.
Wa‘adallāhul-munāfiqīna
wal-munāfiqāti wal-kuffāra nāra jahannama khālidīna fīhā, hiya
ḥasbuhum, wa la‘anahumullāh(u), wa lahum ‘ażābum muqīm(un).
Allah
telah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan serta
orang-orang kafir dengan neraka Jahanam. Mereka kekal di dalamnya.
Cukuplah (neraka) itu bagi mereka. Allah melaknat mereka. Bagi mereka
azab yang kekal.
Kal-lażīna
min qablikum kānū asyadda minkum quwwataw wa akṡara amwālaw wa
aulādā(n), fastamta‘ū bikhalāqihim fastamta‘tum bikhalāqikum
kamastamta‘al-lażīna min qablikum bikhalāqihim wa khuḍtum kal-lażī
khāḍū, ulā'ika ḥabiṭat amāluhum fid-dun-yā wal-ākhirah(ti), ulā'ika
humul-khāsirūn(a).
(Kamu,
orang-orang munafik,) seperti orang-orang sebelummu. Mereka lebih kuat
daripada kamu dan lebih banyak harta dan anak-anaknya. Mereka telah
menikmati bagiannya dan kamu telah menikmati bagianmu sebagaimana
orang-orang yang sebelummu menikmati bagiannya. Kamu mempercakapkan
(hal-hal yang batil) sebagaimana mereka mempercakapkannya. Mereka itu
sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat. Mereka itulah orang-orang yang
rugi.
Alam
ya'tihim naba'ul-lażīna min qablihim qaumi nūḥiw wa ‘ādiw wa ṡamūd(a),
wa qaumi ibrāhīma wa aṣḥābi madyana wal-mu'tafikāt(i), atathum rusuluhum
bil-bayyināt(i), famā kānallāhu liyaẓlimahum wa lākin kānū anfusahum
yaẓlimūn(a).
Apakah
tidak sampai kepada mereka berita (tentang) orang-orang sebelum mereka,
(yaitu) kaum Nuh, ‘Ad, Samud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan, dan (kaum
Lut) yang kota-kotanya dijungkirbalikkan? Telah datang kepada mereka
rasul-rasul dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Allah tidak akan
pernah menzalimi mereka, tetapi merekalah yang selalu menzalimi diri
sendiri.
Wal-mu'minūna
wal-mu'minātu ba‘ḍuhum auliyā'u ba‘ḍ(in), ya'murūna bil-ma‘rūfi wa
yanhauna ‘anil-munkari wa yuqīmūnaṣ-ṣalāta wa yu'tūnaz-zakāta wa
yuṭī‘ūnallāha wa rasūlah(ū), ulā'ika sayarḥamuhumullāh(u), innallāha
‘azīzun ḥakīm(un).
Orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain.328)
Mereka menyuruh (berbuat) makruf dan mencegah (berbuat) mungkar,
menegakkan salat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.
Wa‘adallāhul-mu'minīna
wal-mu'mināti jannātin tajrī min taḥtihal-anhāru khālidīna fīhā wa
masākina ṭayyibatan fī jannāti ‘adn(in), wa riḍwānum minallāhi akbar(u),
żālika huwal-fauzul-‘aẓīm(u).
Allah
telah menjanjikan kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan,
surga-surga yang sungai-sungai mengalir di bawahnya, mereka kekal di
dalamnya, dan tempat-tempat yang baik di surga ‘Adn. Rida Allah lebih
besar. Itulah kemenangan yang agung.
Yā ayyuhan-nabiyyu jāhidil-kuffāra wal-munāfiqīna wagluẓ ‘alaihim, wa ma'wāhum jahannamu wa bi'sal-maṣīr(u).
Wahai
Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik
dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah (neraka)
Jahanam. (Itulah) seburuk-buruk tempat kembali.
Yaḥlifūna
billāhi mā qālū, wa laqad qālū kalimatal-kufri wa kafarū ba‘da
islāmihim wa hammū bimā lam yanālū, wa mā naqamū illā an agnāhumullāhu
wa rasūluhū min faḍlih(ī), fa iy yatūbū yaku khairal lahum, wa iy
yatawallau yu‘ażżibhumullāhu ‘ażāban alīman fid-dun-yā wal-ākhirah(ti),
wa mā lahum fil-arḍi miw waliyyiw wa lā naṣīr(in).
Mereka
(orang-orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah bahwa mereka tidak
mengatakan (sesuatu yang menyakiti Nabi Muhammad). Sungguh, mereka
benar-benar telah mengucapkan perkataan kekafiran (dengan mencela Nabi
Muhammad) dan (karenanya) menjadi kafir setelah berislam. Mereka
menginginkan apa yang tidak dapat mereka capai.329)
Mereka tidak mencela melainkan karena Allah dan Rasul-Nya telah
melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka, jika mereka bertobat, itu
lebih baik bagi mereka. Jika berpaling, niscaya Allah akan mengazab
mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat. Mereka tidak
mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di bumi.
Wa minhum man ‘āhadallāha la'in ātānā min faḍlihī lanaṣṣaddaqanna wa lanakūnanna minaṣ-ṣāliḥīn(a).
Di
antara mereka ada orang yang telah berjanji kepada Allah, “Sesungguhnya
jika Dia memberikan sebagian dari karunia-Nya kepada kami, niscaya kami
akan benar-benar bersedekah dan niscaya kami benar-benar termasuk
orang-orang yang saleh.”
Falammā ātāhum min faḍlihī bakhilū bihī wa tawallau wa hum mu‘riḍūn(a).
Akan
tetapi, ketika Allah menganugerahkan kepada mereka sebagian dari
karunia-Nya, mereka menjadi kikir dan berpaling seraya menjadi penentang
(kebenaran).
Fa a‘qabahum nifāqan fī qulūbihim ilā yaumi yalqaunahū bimā akhlafullāha mā wa‘adūhu wa bimā kānū yakżibūn(a).
Maka,
(akibat kekikiran itu) Dia menanamkan kemunafikan dalam hati mereka
sampai pada hari mereka menemui-Nya karena mereka telah mengingkari
janji yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka
selalu berdusta.
Allażīna
yalmizūnal-muṭṭawwi‘īna minal-mu'minīna fiṣ-ṣadaqāti wal-lażīna lā
yajidūna illā juhdahum fa yaskharūna minhum, sakhirallāhu minhum, wa
lahum ‘ażābun alīm(un).
Orang-orang
(munafik) yang mencela orang-orang beriman yang memberikan sedekah
dengan sukarela, (mencela) orang-orang yang tidak mendapatkan (untuk
disedekahkan) selain kesanggupannya, lalu mereka mengejeknya. Maka,
Allah mengejek mereka dan bagi mereka azab yang sangat pedih.
Istagfir
lahum au lā tastagfir lahum, in tastagfir lahum sab‘īna marratan falay
yagfirallāhu lahum, żālika bi'annahum kafarū billāhi wa rasūlih(ī),
wallāhu lā yahdil-qaumal-fāsiqīn(a).
(Sama
saja) engkau (Nabi Muhammad) memohonkan ampunan bagi mereka atau tidak
memohonkan ampunan bagi mereka. Walaupun engkau memohonkan ampunan bagi
mereka tujuh puluh kali, Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka.
Demikian itu karena mereka kufur kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah
tidak akan memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.
Fariḥal-mukhallafūna
bimaq‘adihim khilāfa rasūlillāhi wa karihū ay yujāhidū bi'amwālihim wa
anfusihim fī sabīlillāhi wa qālū lā tanfirū fil-ḥarr(i), qul nāru
jahannama asyaddu ḥarrā(n), lau kānū yafqahūn(a).
Orang-orang
yang ditinggalkan (tidak ikut berperang) merasa gembira dengan
duduk-duduk setelah kepergian Rasulullah (ke medan perang). Mereka tidak
suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah dan mereka
(justru) berkata, “Janganlah kamu berangkat (ke medan perang) di tengah
panas terik.” Katakanlah (Nabi Muhammad), “Api neraka Jahanam lebih
panas.” Seandainya saja selama ini mereka memahami.
Fa
ir raja‘akallāhu ilā ṭā'ifatim minhum fasta'żanūka lil-khurūji faqul
lan takhrujū ma‘iya abadaw wa lan tuqātilū ma‘iya ‘aduwwā(n), innakum
raḍītum bil-qu‘ūdi awwala marrah(tin), faq‘udū ma‘al-khālifīn(a).
Maka,
jika Allah memulangkanmu (Nabi Muhammad) ke satu golongan dari mereka
(orang-orang munafik), kemudian mereka meminta izin kepadamu untuk
keluar (pergi berperang), katakanlah, “Kamu tidak boleh keluar bersamaku
selama-lamanya dan tidak boleh memerangi musuh bersamaku. Sesungguhnya
sejak semula kamu telah rida duduk (tidak berperang). Oleh karena itu,
duduklah (tinggallah) bersama orang-orang yang tidak ikut (berperang).”
Wa
lā tuṣalli ‘alā aḥadim minhum māta abadaw wa lā taqum ‘alā qabrih(ī),
innahum kafarū billāhi wa rasūlihī wa mātū wa hum fāsiqūn(a).
Janganlah
engkau (Nabi Muhammad) melaksanakan salat untuk seseorang yang mati di
antara mereka (orang-orang munafik) selama-lamanya dan janganlah engkau
berdiri (berdoa) di atas kuburnya. Sesungguhnya mereka ingkar kepada
Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik.
Wa
lā tu‘jibka amwāluhum wa lā aulāduhum, innamā yurīdullāhu ay
yu‘ażżibahum bihā fid-dun-yā wa tazhaqa anfusuhum wa hum kāfirūn(a).
Janganlah
harta dan anak-anak mereka membuatmu kagum. Sesungguhnya dengan (sebab
harta dan anak) itu Allah berkehendak untuk menyiksa mereka di dunia dan
(membiarkan) nyawa mereka melayang dalam keadaan kafir.
Wa
iżā unzilat sūratun an āminū billāhi wa jāhidū ma‘a rasūlihista'żanaka
uluṭ-ṭauli minhum wa qālū żarnā nakum ma‘al-qā‘idīn(a).
Apabila
diturunkan suatu surah (yang memerintahkan orang-orang munafik),
“Berimanlah kepada Allah dan berjihadlah bersama Rasul-Nya,” niscaya
orang-orang yang berkemampuan di antara mereka meminta izin kepadamu
(untuk tidak berjihad) dan mereka berkata, “Biarkanlah kami berada
bersama orang-orang yang duduk (tinggal di rumah).”
Lākinir-rasūlu
wal-lażīna āmanū ma‘ahū jāhadū bi'amwālihim wa anfusihim, wa ulā'ika
lahumul-khairāt(u), wa ulā'ika humul-mufliḥūn(a).
Akan
tetapi, Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berjihad dengan
harta dan jiwanya. Mereka memperoleh berbagai kebaikan. Mereka
(pula)-lah orang-orang yang beruntung.
Wa
jā'al-mu‘ażżirūna minal-a‘rābi liyu'żana lahum wa qa‘adal-lażīna
każabullāha wa rasūlah(ū), sayuṣībul-lażīna kafarū minhum ‘ażābun
alīm(un).
Orang-orang
Arab Badui yang membuat-buat alasan datang (kepada Nabi) agar diberi
izin (untuk tidak berperang). Adapun orang-orang yang mendustakan Allah
dan Rasul-Nya duduk berdiam (tidak mengemukakan alasan). Kelak
orang-orang yang kufur di antara mereka akan ditimpa azab yang sangat
pedih.
Laisa
‘alaḍ-ḍu‘afā'i wa lā ‘alal-marḍā wa lā ‘alal-lażīna lā yajidūna mā
yunfiqūna ḥarajun iżā naṣaḥū lillāhi wa rasūlih(ī), mā ‘alal-muḥsinīna
min sabīl(in), wallāhu gafūrur raḥīm(un).
Tidak
ada dosa (karena tidak pergi berperang) bagi orang-orang yang lemah,
sakit, dan yang tidak mendapatkan apa yang akan mereka infakkan, jika
mereka ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada jalan apa pun untuk
(menyalahkan) orang-orang yang berbuat baik. Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.
Tidak
(ada dosa) pula bagi orang-orang yang ketika datang kepadamu (Nabi
Muhammad) agar engkau menyediakan kendaraan kepada mereka, lalu engkau
berkata, “Aku tidak mendapatkan kendaraan untuk membawamu.” Mereka pergi
dengan bercucuran air mata karena sedih sebab tidak mendapatkan apa
yang akan mereka infakkan (untuk ikut berperang).
Innamas-sabīlu
‘alal-lażīna yasta'żinūnaka wa hum agniyā'(u), raḍū bi'ay yakūnū
ma‘al-khawālif(i), wa ṭaba‘allāhu ‘alā qulūbihim fahum lā ya‘lamūn(a).
Sesungguhnya
satu-satunya celah (untuk menyalahkan) adalah kepada orang-orang yang
meminta izin kepadamu (untuk tidak ikut berperang), padahal mereka orang
mampu. Mereka rida berada bersama orang-orang yang tidak ikut
berperang. Allah telah mengunci hati mereka sehingga mereka tidak
mengetahui.
Ya‘tażirūna
ilaikum iżā raja‘tum ilaihim, qul lā ta‘tażirū lan nu'mina lakum qad
nabba'anallāhu min akhbārikum wa sayarallāhu ‘amalakum wa rasūluhū ṡumma
turaddūna ilā ‘ālimil-gaibi wasy-syahādati fa yunabbi'ukum bimā kuntum
ta‘malūn(a).
Mereka
(orang-orang munafik yang tidak ikut berperang) akan membuat-buat
alasan kepadamu ketika kamu telah pulang kepada mereka. Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Janganlah kamu membuat-buat alasan. Kami tidak percaya lagi
kepadamu. Sungguh, Allah telah memberitahukan kepada kami sebagian
berita (tentang) kamu. Allah akan melihat pekerjaanmu, (demikian pula)
Rasul-Nya. Kemudian, kamu dikembalikan kepada (Allah) Yang Maha
Mengetahui segala yang gaib dan yang nyata, lalu Dia memberitakan
kepadamu apa yang selama ini kamu kerjakan.”
Sayaḥlifūna
billāhi lakum iżanqalabtum ilaihim litu‘riḍū ‘anhum, fa a‘riḍū ‘anhum,
innahum rijs(un), wa ma'wāhum jahannamu jazā'am bimā kānū yaksibūn(a).
Mereka
akan bersumpah kepadamu dengan (nama) Allah ketika kamu kembali kepada
mereka agar kamu berpaling dari mereka. Maka, berpalinglah dari mereka.
Sesungguhnya mereka (berjiwa) kotor dan tempat mereka (neraka) Jahanam
sebagai balasan atas apa yang selama ini mereka kerjakan.
Yaḥlifūna lakum litarḍau ‘anhum, fa in tarḍau ‘anhum fa innallāha lā yarḍā ‘anil-qaumil-fāsiqīn(a).
Mereka
akan bersumpah kepadamu agar kamu rida kepada mereka. Namun, sekalipun
kamu rida kepada mereka, sesungguhnya Allah tidak akan rida kepada kaum
yang fasik.
Al-a‘rābu asyaddu kufraw wa nifāqaw wa ajdaru allā ya‘lamū ḥudūda mā anzalallāhu ‘alā rasūlih(ī), wallāhu ‘alīmun ḥakīm(un).
Orang-orang
Arab Badui lebih kuat kekufuran dan kemunafikannya, serta sangat wajar
tidak mengetahui batas-batas (ketentuan) yang diturunkan Allah kepada
Rasul-Nya. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Wa
minal-a‘rābi may yattakhiżu mā yunfiqu magramaw wa yatarabbaṣu
bikumud-dawā'ir(a), ‘alaihim dā'iratus-sau'(i), wallāhu samī‘un
‘alīm(un).
Di
antara orang-orang Arab Badui ada yang memandang apa yang diinfakkannya
(di jalan Allah) sebagai suatu kerugian dan menunggu mara bahaya
menimpamu. Merekalah yang pasti akan ditimpa giliran (azab) yang buruk.
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Wa
minal-a‘rābi may yu'minu billāhi wal-yaumil-ākhiri wa yattakhiżu mā
yunfiqu qurubātin ‘indallāhi wa ṣalawātir-rasūl(i), alā innahā qurbatul
lahum, sayudkhiluhumullāhu fī raḥmatih(ī), innallāha gafūrur raḥīm(un).
Di
antara orang-orang Arab Badui ada yang beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Dia memandang apa yang diinfakkannya (di jalan Allah) sebagai
(sarana) mendekatkan diri kepada Allah dan (sarana untuk memperoleh)
doa-doa Rasul. Ketahuilah, sesungguhnya (infak) itu (suatu sarana) bagi
mereka untuk mendekatkan diri (kepada Allah). Kelak Allah akan
memasukkan mereka ke dalam rahmat (surga)-Nya. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
Was-sābiqūnal-awwalūna
minal-muhājirīna wal-anṣāri wal-lażīnattaba‘ūhum bi'iḥsān(in),
raḍiyallāhu ‘anhum wa raḍū ‘anhu wa a‘adda lahum jannātin tajrī
taḥtahal-anhāru khālidīna fīhā abadā(n), żālikal-fauzul-‘aẓīm(u).
Orang-orang
yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara
orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada-Nya.
Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di
bawahnya. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan
yang agung.
Di
antara orang-orang Arab Badui yang (tinggal) di sekitarmu ada
orang-orang munafik. (Demikian pula) di antara penduduk Madinah (ada
juga orang-orang munafik), mereka keterlaluan dalam kemunafikannya.
Engkau (Nabi Muhammad) tidak mengetahui mereka, tetapi Kami
mengetahuinya. Mereka akan Kami siksa dua kali,331) kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.
Catatan Kaki
331) Kali pertama, mereka kalah dari Nabi Muhammad saw. dan umat Islam; dan kali kedua, kemunafikan mereka diungkap oleh Allah Swt. Bisa juga diartikan bahwa azab yang pertama adalah azab dunia dan yang kedua adalah azab kubur, karena ayat ini ditutup dengan penegasan adanya azab akhirat (ṡumma yuraddūna ilā ‘ażābin ‘aẓīm).
Wa
ākharūna‘tarafū biżunūbihim khalaṭū ‘amalan ṣāliḥaw wa ākhara
sayyi'ā(n), ‘asallāhu ay yatūba ‘alaihim, innallāha gafūrur raḥīm(un).
(Ada
pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosanya. Mereka
mencampuradukkan amal yang baik dengan amal lain yang buruk.
Mudah-mudahan Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.
Khuż
min amwālihim ṣadaqatan tuṭahhiruhum wa tuzakkīhim bihā wa ṣalli
‘alaihim, inna ṣalātaka sakanul lahum, wallāhu samī‘un ‘alīm(un).
Ambillah zakat dari harta mereka (guna) menyucikan332)
dan membersihkan mereka, dan doakanlah mereka karena sesungguhnya doamu
adalah ketenteraman bagi mereka. Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.
Catatan Kaki
332) Zakat membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebihan terhadap harta.
Alam ya‘lamū annallāha huwa yaqbalut-taubata ‘an ‘ibādihī wa ya'khużuṣ-ṣadaqāti wa annallāha huwat-tawwābur-raḥīm(u).
Tidakkah
mereka mengetahui bahwa Allah menerima tobat hamba-hamba-Nya dan
menerima zakat(-nya), dan bahwa Allah Maha Penerima tobat lagi Maha
Penyayang?
Wa
quli‘malū fa sayarallāhu ‘amalakum wa rasūluhū wal-mu'minūn(a), wa
saturaddūna ilā ‘ālimil-gaibi wasy-syahādati fa yunabbi'ukum bimā kuntum
ta‘malūn(a).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Bekerjalah! Maka, Allah, rasul-Nya, dan orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu. Kamu akan dikembalikan kepada (Zat)
yang mengetahui yang gaib dan yang nyata. Lalu, Dia akan memberitakan
kepada kamu apa yang selama ini kamu kerjakan.”
Wa ākharūna murjaunal li'amrillāhi immā yu‘ażżibuhum wa immā yatūbu ‘alaihim, wallāhu ‘alīmun ḥakīm(un).
Ada
(pula) orang-orang lain yang ditangguhkan (balasannya) menunggu
keputusan Allah. Mungkin Dia akan mengazab mereka dan mungkin Dia akan
menerima tobat mereka. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Wal-lażīnattakhażū
masjidan ḍirāraw wa kufraw wa tafrīqam bainal-mu'minīna wa irṣādal
liman ḥāraballāha wa rasūlahū min qabl(u), wa layaḥlifunna in aradnā
illal-ḥusnā, wallāhu yasyhadu innahum lakāżibūn(a).
(Di
antara orang-orang munafik itu) ada yang mendirikan masjid untuk
menimbulkan bencana (pada orang-orang yang beriman), (menyebabkan)
kekufuran, memecah belah di antara orang-orang mukmin, dan menunggu
kedatangan orang-orang yang sebelumnya telah memerangi Allah dan
Rasul-Nya.333) Mereka
dengan pasti bersumpah, “Kami hanya menghendaki kebaikan.” Allah
bersaksi bahwa sesungguhnya mereka itu benar-benar pendusta (dalam
sumpahnya).
Catatan Kaki
333) Yang dimaksud dengan orang yang sebelumnya telah memerangi Allah Swt. dan Rasul-Nya adalah seorang pendeta Nasrani bernama Abu ‘Amir yang mereka tunggu-tunggu kedatangannya dari Syam untuk melaksanakan salat di masjid yang mereka dirikan, serta membawa tentara Romawi yang akan memerangi kaum muslim. Akan tetapi, Abu ‘Amir ini tidak jadi datang karena ia mati di Syam. Masjid yang didirikan kaum munafik itu dirobohkan atas perintah Rasulullah saw. berdasarkan wahyu yang diterimanya setelah kembali dari Perang Tabuk.
Lā
taqum fīhi abadā(n), lamasjidun ussisa ‘alat-taqwā min awwali yaumin
aḥaqqu an taqūma fīh(i), fīhi rijāluy yuḥibbūna ay yataṭahharū, wallāhu
yuḥibbul-muṭṭahhirīn(a).
Janganlah
engkau melaksanakan salat di dalamnya (masjid itu) selama-lamanya.
Sungguh, masjid yang didirikan atas dasar takwa sejak hari pertama lebih
berhak engkau melaksanakan salat di dalamnya. Di dalamnya ada
orang-orang yang gemar membersihkan diri. Allah menyukai orang-orang
yang membersihkan diri.
Afaman
assasa bun-yānahū ‘alā taqwā minallāhi wa riḍwānin khairun am man
assasa bun-yānahū ‘alā syafā jurufin hārin fanhāra bihī fī nāri
jahannam(a), wallāhu lā yahdil-qaumaẓ-ẓālimīn(a).
Maka,
apakah orang-orang yang mendirikan bangunannya (masjid) atas dasar
takwa kepada Allah dan rida(-Nya) itu lebih baik, ataukah orang-orang
yang mendirikan bangunannya di sisi tepian jurang yang nyaris runtuh,
lalu (bangunan) itu roboh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka
Jahanam? Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.
Bangunan
yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi penyebab keraguan
(kemunafikan) dalam hati mereka sampai hati mereka terpotong-potong.334) Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Catatan Kaki
334) Maksudnya, sampai mereka mati atau tidak dapat bertobat lagi.
Innallāhasytarā
minal-mu'minīna anfusahum wa amwālahum bi'anna lahumul-jannah(ta),
yuqātilūna fī sabīlillāhi fa yaqtulūna wa yuqtalūna wa‘dan ‘alaihi
ḥaqqan fit-taurāti wal-injīli wal-qur'ān(i), wa man aufā bi‘ahdihī
minallāhi fastabsyirū bibai‘ikumul-lażī bāya‘tum bih(ī), wa żālika
huwal-fauzul-‘aẓīm(u).
Sesungguhnya
Allah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan
surga yang Allah peruntukkan bagi mereka. Mereka berperang di jalan
Allah sehingga mereka membunuh atau terbunuh. (Demikian ini adalah)
janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur’an.
Siapakah yang lebih menepati janjinya daripada Allah? Maka,
bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu. Demikian
itulah kemenangan yang agung.
At
tā'ibūnal-‘ābidul-ḥāmidūnas-sā'iḥūnar-rāki‘ūnas-sājidūnal-āmirūna
bil-ma‘rūfi wan-nāhūna ‘anil-munkari wal-ḥāfiẓūna liḥudūdillāh(i), wa
basysyiril-mu'minīn(a).
(Mereka itulah) orang-orang yang bertobat, beribadah, memuji (Allah), mengembara (demi ilmu dan agama),335)
rukuk dan sujud, menyuruh berbuat makruf dan mencegah berbuat mungkar,
serta memelihara hukum-hukum Allah. Sampaikan kabar gembira kepada
orang-orang yang beriman.
Catatan Kaki
335) Menurut sebagian mufasir, termasuk golongan ini adalah mereka yang berpuasa.
Mā
kāna lin-nabiyyi wal-lażīna āmanū ay yastagfirū lil-musyrikīna wa lau
kānū ulī qurbā mim ba‘di mā tabayyana lahum annahum aṣḥābul-jaḥīm(i).
Tidak
ada hak bagi Nabi dan orang-orang yang beriman untuk memohonkan ampunan
(kepada Allah) bagi orang-orang musyrik sekalipun mereka ini
kerabat(-nya), setelah jelas baginya bahwa sesungguhnya mereka adalah
penghuni (neraka) Jahim.
Adapun permohonan ampunan Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya,336)
tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah dia ikrarkan
kepadanya. Maka, ketika jelas baginya (Ibrahim) bahwa dia (bapaknya)
adalah musuh Allah, dia (Ibrahim) berlepas diri darinya. Sesungguhnya
Ibrahim benar-benar seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.
Catatan Kaki
336) Permohonan ampunan Nabi Ibrahim a.s. untuk bapaknya antara lain terdapat dalam surah Ibrāhīm (14): 41 dan Maryam (19): 47.
Wa mā kānallāhu liyuḍilla qaumam ba‘da iż hadāhum ḥattā yubayyina lahum mā yattaqūn(a), innallāha bikulli syai'in ‘alīm(un).
Allah
sekali-kali tidak akan menyesatkan suatu kaum setelah Dia memberinya
petunjuk sampai Dia menjelaskan kepadanya apa yang harus mereka jauhi.337) Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Catatan Kaki
337) Seorang hamba tidak akan diazab oleh Allah Swt. semata-mata karena kesesatannya, kecuali jika hamba itu melanggar perintah-perintah yang sudah dijelaskan.
Sungguh,
Allah benar-benar telah menerima tobat Nabi serta orang-orang Muhajirin
dan orang-orang Ansar yang mengikutinya pada masa-masa sulit setelah
hati sekelompok dari mereka hampir berpaling (namun) kemudian Allah
menerima tobat mereka. Sesungguhnya Dia Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang kepada mereka.
Wa
‘alaṡ-ṡalāṡatil-lażīna khullifū, ḥattā iżā ḍāqat ‘alaihimul-arḍu bimā
raḥubat wa ḍāqat ‘alaihim anfusuhum wa ẓannū allā malja'a minallāhi illā
ilaih(i), ṡumma tāba ‘alaihim liyatūbū, innallāha
huwat-tawwābur-raḥīm(u).
Terhadap tiga orang338)
yang ditinggalkan (dan ditangguhkan penerimaan tobatnya) hingga ketika
bumi terasa sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas, dan jiwa mereka
pun (terasa) sempit bagi mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa
tidak ada tempat lari dari (siksaan) Allah melainkan kepada-Nya saja,
kemudian (setelah itu semua) Allah menerima tobat mereka agar mereka
tetap dalam tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha
Penyayang.
Catatan Kaki
338) Ketiga orang itu adalah Ka‘b bin Malik, Hilal bin Umayyah, dan Mararah bin Rabi‘. Mereka disalahkan karena tidak mau ikut serta dalam Perang Tabuk.
Mā
kāna li'ahlil-madīnati wa man ḥaulahum minal-a‘rābi ay yatakhallafū ‘ar
rasūlillāhi wa lā yargabū bi'anfusihim ‘an nafsih(ī), żālika bi'annahum
lā yuṣībuhum ẓama'uw wa lā naṣabuw wa lā makhmaṣatun fī sabīlillāhi wa
lā yaṭa'ūna mauṭi'ay yagīẓul-kuffāra wa lā yanālūna min ‘aduwwin nailan
illā kutiba lahum bihī ‘amalun ṣāliḥ(un), innallāha lā yuḍī‘u
ajral-muḥsinīn(a).
Tidak
sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui yang
berdiam di sekitar mereka untuk tidak turut menyertai Rasulullah (pergi
berperang) dan tidak pantas (pula) bagi mereka untuk lebih mencintai
diri mereka daripada (mencintai) dirinya (Rasulullah). Yang demikian itu
karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan, dan kelaparan di jalan
Allah; tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah
orang-orang kafir; dan tidak menimpakan suatu bencana kepada musuh,
kecuali (semua) itu akan dituliskan bagi mereka sebagai suatu amal
kebajikan. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang
yang berbuat baik.
Wa
lā yunfiqūna nafaqatan ṣagīrataw wa lā kabīrataw wa lā yaqṭa‘ūna
wādiyan illā kutiba lahum liyajziyahumullāhu aḥsana mā kānū ya‘malūn(a).
Tidaklah
mereka memberikan infak, baik yang kecil maupun yang besar, dan tidak
(pula) melintasi suatu lembah (berjihad), kecuali akan dituliskan bagi
mereka (sebagai amal kebajikan) untuk diberi balasan oleh Allah (dengan)
yang lebih baik daripada apa yang selama ini mereka kerjakan.
Wa
mā kānal-mu'minūna liyanfirū kāffah(tan), falau lā nafara min kulli
firqatim minhum ṭā'ifatul liyatafaqqahū fid-dīni wa liyunżirū qaumahum
iżā raja‘ū ilaihim la‘allahum yaḥżarūn(a).
Tidak
sepatutnya orang-orang mukmin pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa
sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi (tinggal
bersama Rasulullah) untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar
mereka dapat menjaga dirinya?
Wahai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir339) di sekitarmu dan hendaklah mereka merasakan sikap tegas darimu. Ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.
Catatan Kaki
339) Islam tidak mengajari umat muslim untuk memerangi orang kafir karena kekufurannya. Izin perang hanya diberikan demi menghindarkan diri dari segala bentuk kezaliman (dalam rangka membela diri), seperti jika orang Islam diserang.
Wa
iżā mā unzilat sūratun fa minhum may yaqūlu ayyukum zādathu hāżihī
īmānā(n), fa ammal-lażīna āmanū fa zādathum īmānaw wa hum
yastabsyirūn(a).
Apabila
diturunkan suatu surah, di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang
berkata, “Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan
(turunnya) surah ini?” Adapun (bagi) orang-orang yang beriman, (surah
yang turun) ini pasti menambah imannya dan mereka merasa gembira.
Wa ammal-lażīna fī qulūbihim maraḍun fa zādathum rijsan ilā rijsihim wa mātū wa hum kāfirūn(a).
Adapun (bagi) orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit,340) (surah yang turun ini) akan menambah kekufuran mereka yang telah ada dan mereka akan mati dalam keadaan kafir.
Catatan Kaki
340) Penyakit batin pada ayat ini meliputi kekufuran, kemunafikan, keragu-raguan, dan sebagainya.
Tidakkah
mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali
atau dua kali setiap tahun, tetapi mereka tidak (juga) bertobat dan
tidak (pula) mengambil pelajaran?
Wa
iżā mā unzilat sūratun naẓara ba‘ḍuhum ilā ba‘ḍ(in), hal yarākum min
aḥadin ṡummanṣarafū, ṣarafallāhu qulūbahum bi'annahum qaumul lā
yafqahūn(a).
Apabila
diturunkan suatu surah, satu sama lain di antara mereka saling
berpandangan (dengan sikap mengejek sambil berkata), “Adakah seseorang
(dari kaum muslim) yang melihat kamu?” Setelah itu mereka pun pergi.
Allah memalingkan hati mereka disebabkan mereka adalah kaum yang tidak
memahami.
Sungguh,
benar-benar telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri.
Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, sangat menginginkan
(keimanan dan keselamatan) bagimu, dan (bersikap) penyantun dan
penyayang terhadap orang-orang mukmin.
Fa in tawallau faqul ḥasbiyallāhu lā ilāha illā huw(a), ‘alaihi tawakkaltu wa huwa rabbul-‘arsyil-‘aẓīm(i).
Jika
mereka berpaling (dari keimanan), katakanlah (Nabi Muhammad), “Cukuplah
Allah bagiku. Tidak ada tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku
bertawakal dan Dia adalah Tuhan pemilik ‘Arasy (singgasana) yang agung.”